Kelompok 4
:
Dzikri
Hidayat 10070310018
Muhammad
Muhtaj Q. 10070310040
Risya
Nurazizah 10070311003
Review
Jurnal :
ULASAN STRATEGI PENATAAN
RUANG KOTA BANDUNG PADA TAHUN 2005
Secara fisik, Kota Bandung terletak di Jawa Barat, Indonesia dan merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat. Lokasi geografisnya adalah 1070 32 '38,91 "E dan 60 55' 19.94" S, sedangkan ketinggian adalah antara 675 m dan 1'050 m di atas permukaan laut. Kondisi topografi Bandung dapat dikategorikan menjadi dua bagian. Bagian Utara merupakan daerah pegunungan dengan panorama yang indah, sedangkan bagian selatan kota relatif rendah dengan daerah pertanian dan rawa-rawa. Kondisi atmosfer Bandung dapat digambarkan sebagai basah dan lembab. Suhu rata-rata adalah 23,6 ° C, sedangkan curah hujan bulanan mencapai 156,4 mm (rata-rata 15 hari hujan dalam setiap bulan).
Luas total Kota Bandung adalah167,29 km2. Kota
Bandung dibagi ke dalam 6 Wilayah Pengembangan yang terdiri dari :
1. Wilayah
Pengembangan Bojonegara
2.
Wilayah Pengembangan
Cibeunying
3.
Wilayah Pengembangan Tegallega
4. Wilayah
Pengembangan Karees
5. Wilayah
Pengembangan Ujungberung
6.
Wilayah Pengembangan
Dari segi
sosial, polik dan kelembagaan, Bandung dibangun pada tahun 1488 oleh Kerajaan
Pajajaran. Selama waktu stabilisasi Republik Indonesia bentuk Kota diubah
menjadi Staadsgemeente Bandoeng di 1 Juli 1948, Haminte Bandung 17
Januari 1949, dan akhirnya menjadi Bandung Big City
(Kota
Besar) pada 15
Agustus 1950. Adapun rencana awal wilayah Kota
Bandung yang dibuat oleh Karsten adalah sebagai berikut.
Gambar
Rencana Karsten untuk Kota Bandung
Pada gambar ini dijelaskan
bahwa Kota Bandung dibagi ke dalam :
1.
6 Wilayah Pengembangan
2.
26 Kecamatan (Kecamatan), dipimpin
oleh Camat (Camat)
3. 139 Desa (Kelurahan), dipimpin oleh seorang Kepala
Desa (Lurah)
4. 1.500 Asosiasi Masyarakat (Rukun Warga), dipimpin oleh seorang Pemimpin Asosiasi Masyarakat (Ketua RW)
5. 9.277 Asosiasi Sekitar (Rukun Tetangga), dipimpin
oleh seorang Pemimpin Sekitar Association
(Ketua RT seharusnya).
Secara sosial dan ekonomi, telah dilakukan Sensus Ekonomi Nasional 2003 penduduk Bandung telah mencapai 2.228.268 orang (dengan 1.113.267 perempuan dan laki-laki 1.115.001). Kepadatan penduduk rata-rata Bandung adalah 13'367 orang / km2, dengan kepadatan penduduk tertinggi di Bojongloa Kaler Kecamatan 38'149 orang / km2. Distribusi penduduk Kota Bandung berdasarkan wilayah disajikan pada tabel dan gambar berikut. Rupanya beberapa daerah padat penduduk di Kota memiliki masalah sosial dan lingkungan.
Dilihat dari pendidikannya, tingkat pendidikan masyarakat di Kota Bandung dapat dikatakan normal. Hanya 9.33% tidak menerima pendidikan, 82.09% telah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah. 8,30% populasi derajat terus dari 1 Tahun Diploma untuk Sarjana, sedangkan 0,29% dari orang memegang Guru dan Gelar Doktor.
Dari segi ekonomi, telah dilakukan sensus ekonomi pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin telah mencapai 34,34% dari total penduduk. Masalah kemiskinan sangat jelas dan telah menciptakan banyak masalah sosial seperti kriminalitas, daerah kumuh, dan ilegal jalan-jajanan seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar
Pemukiman Kumuh di Bandung
Kegiatan
ekonomi utama kota adalah perdagangan dan industri manufaktur khususnya tekstil
dan garmen. Antara tahun 1998 dan 2000, jumlah industri meningkat. Selain berbagai industri yang ada muncul juga banyak
factori outlet, wisata kuliner dan tempat wisata alam di Kota Bandung yang
turut meningkatkan PAD Bandung.
Dari segi lingkungan, Kebutuhan 2.228.268 penduduk
di Bandung untuk
sanitasi publik yang baik tidak mudah untuk menangani, karena ada pelayanan publik disintegrasi jaringan dalam
struktur perkotaan yang ada. Misalnya sampai
sekarang ada daerah kumuh tanpa akses ke air bersih, pengumpulan limbah padat dan limbah koleksi. Fenomena
ini benar-benar ada di kebanyakan
negara berkembang. Alasan utama adalah
status ilegal kepemilikan
tanah, kurangnya dana dan inefisiensi di Kotamadya
dan Agen.
Lingkungan di
Kota Bandung juga terkait masalah lain adalah banjir tahunan.
Karena perkembangan pesat di Bandung, terutama di wilayah utara yang merupakan
daerah resapan air tanah, masalah banjir menjadi acara tahunan di bagian
selatan Bandung. Penyebab lain dari ini mengotori masalah di sungai. Akumulasi
sampah di sungai tampaknya juga menyebabkan banyak banjir lokal. Ternyata untuk
mengubah sikap orang kita membutuhkan lebih banyak waktu dan upaya untuk
mendidik mereka.
Selain masalah
banjir, muncul juga masalah polusi udara yang diakibatkan dengan tingkat volume
lalu lintas yang tinggi yang menimbulkan kemacetan.
Untuk mengatasi
berbagai Permasalahan Kota Bandung tersebut dibuatlah Rencana Strategis Kota
Bandung Tahun 2004-2008. Rencana Strategis Kota
Bandung telah mengidentifikasi beberapa
isu strategis yang harus diprioritaskan dalam program pembangunan
5-tahun. Isu-isu
pembangunan strategis adalah:
1.
Pengembangan Sumber Daya Manusia
-
Meningkatkan sumber daya manusia (agen publik dan pemerintah)
-
Meningkatkan lembaga
pendidikan di Kota
2.
Pembangunan
ekonomi
-
Meningkatkan
ekonomi masyarakat berdasarkan kesempatan yang sama kuat dan lokal
-
Menciptakan
peluang investasi yang menarik untuk mempromosikan kesempatan kerja
-
Mengurangi
kemiskinan
3.
Pengembangan Budaya - Sosial
-
Menciptakan kohesi sosial di
masyarakat
-
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap proses pembangunan
-
Memanfaatkan potensi masyarakat Total
-
Mengontrol urbanisasi
4.
Perencanaan Kota
-
Memberikan pelayanan publik bagi
semua warga Kota
-
Menyediakan infrastruktur yang baik
untuk investasi baru terutama sistem transportasi
-
Mengembangkan bagian Timur Kota
Bandung
-
Mengontrol masalah banjir
-
Mempertahankan infrastruktur kota
-
Mengurangi eksploitasi air tanah,
dengan menyediakan pasokan air yang cukup bersih
-
Mengurangi polusi tanah, air dan
udara
-
Meningkatkan kualitas hidup
-
Membuat pengelolaan sampah yang
efisien dan efektif
5.
Tata Kelola yang Baik
-
Meningkatkan partisipasi stakeholder dalam
semua proses pembangunan
-
Meningkatkan infrastruktur pemerintah untuk pelayanan publik
-
Meningkatkan koordinasi
antara kota di daerah Greater Bandung
6.
APBD
-
Meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam penganggaran
-
Membuat akuntabel, efektif, efisien sistem APBD
Isu-isu ini
kemudian diterjemahkan ke dalam Vision, yang "Mempromosikan Bandung
menjadi bersih, kaya, baik dan ramah City, berdasarkan industri jasa."
Nanti setiap masalah juga diterjemahkan ke dalam program-program pembangunan
yang lebih detail. Respon saya untuk rencana ini adalah keterbatasan waktu
serta dampak langsung dari setiap program untuk Pembangunan Perkotaan.
Selain dibuat
rencana strategis dibuat juga Mater Plan Kota Bandung Tahun 2013 tujuannya adalah untuk
menciptakan efisiensi penggunaan lahan, mengintegrasikan pengembangan kota dan meningkatkan
efektivitas pelayanan perkotaan. Ini juga
termasuk beberapa rekomendasi dari Master Plan 1992. Enam Pengembangan Kecamatan yang
diusulkan sesuai dengan lokasi geografis yang
sama di dalam saluran layanan Sekunder pusat perkotaan.
Master Plan 2013 yang diusulkan delapan Pusat Perkotaan untuk menciptakan pelayanan perkotaan yang lebih baik. Dua Pusat Primer adalah Afrika di Area Asia (Pusat Kota yang ada) dan Gedebage sekitar. Ini diusulkan untuk menciptakan sebuah kota duo-sentris dan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Pusat Kota.
Master Plan 2013 yang diusulkan delapan Pusat Perkotaan untuk menciptakan pelayanan perkotaan yang lebih baik. Dua Pusat Primer adalah Afrika di Area Asia (Pusat Kota yang ada) dan Gedebage sekitar. Ini diusulkan untuk menciptakan sebuah kota duo-sentris dan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Pusat Kota.
Untuk perdagangan, Master Plan mengusulkan untuk mengembangkan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan di Pusat Kota Sekunder untuk mengurangi kemacetan ke Pusat Primer. Beberapa pengembangan detail akan meliputi:
a.
Redevelopment pasar wilayah tradisional seperti Andir, Kiaracondong, dll
b.
Relokasi penggunaan
lahan-konsisten pasar
seperti Suci, Kordon, Balubur, Simpang, Gegerkalong, Palasari, Sukajadi
c.
Pembangunan kembali pasar grosir
di Caringin dan Gedebage
Dalam rangka
mengembangkan pariwisata dan rekreasi yang, beberapa
strategi yang ditentukan dalam rencana, yaitu:
a.
Pertahankan
area wisata budaya dan rekreasi yang ada
b.
Mengembangkan
pusat perbelanjaan baru dan kawasan wisata budaya di Timur Bandung
c.
Mengontrol
pengembangan pariwisata negatif seperti bar, pub, pijat, karaoke, dan lain-lain.
Rencana lain yang
diusulkan dalam Rencana Induk 2013 adalah :
a.
Pasokan Air Bersih
b.
Sewage Sistem dan Pengolahan
Air
c.
Limbah Padat Sistem dan Pengobatan
d.
kebakaran Station
e.
Energi dan
Telekomunikasi
f.
Sarana Umum
Dalam
analisis strategi penataan ruang, dapat disimpulkan bahwa karena kondisi
yang ada dari pembangunan
perkotaan di Bandung, Kotamadya Bandung
telah
mencoba upaya terbaik dalam
menentukan strategi pembangunan perkotaan
yang berkelanjutan
dalam Rencana
Induk 2013. Namun, sangat
sulit untuk
menerapkan ini
karena penerimaan publik yang
rendah, pengendalian pembangunan kurang
ketat serta keterbatasan hukum
dan keuangan.